Fenomena Gantung Diri, Masih Saja Terjadi

Riskianto, A.Md. 23 Mei 2016 11:51:08 WIB

Sawahan (SID) - Angka kematian bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2015 kemarin sebanyak 31 orang meninggal dengan bunuh diri, 28 diantaranya dengan cara gantung diri, 2 masuk luweng, dan 1 masuk sumur. Hal ini cukup memprihatinkan karena hal tersebut sulit ditekan, terbukti hampir setiap tahun kasus tersebut masih saja ada di Kabupaten Gunungkidul ini. Sehingga Gunungkidul mempunyai angka kematian bunuh diri tertinggi di wilayah hukum Daerah Istimewa Yogyakarta bahkan di Indonesia. Dalam 3 pekan pada awal tahun 2016 ini saja terjadi 6 kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul. Sungguh memprihatinkan.

Berdasarkan catatan, di Desa Sawahan sendiri hampir setiap tahun terdapat kasus bunuh diri, terutama dengan cara gantung diri. Sejak tiga tahun terakhir secara berturut-turut kasus mengakhiri hidup dengan cara gantung diri masih saja terjadi. Tahun 2014 terdapat kasus di Padukuhan Plarung, Tahun 2015 di Padukuhan Sendang II, dan terakhir di awal tahun 2016 ini di Padukuhan Selonjono.

Sungguh memprihatinkan memang, karena berkembangnya kehidupan ini tidak diimbangi dengan pola pikir dan pola hidup yang lebih baik, karena munculnya kasus semacam itu pasti akan timbul anggapan yang identik dengan kebodohan dan kemiskinan. Padahal ada faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus itu. Menurut Ahli, bahwa timbulnya kasus tersebut disebabkan oleh faktor biologis, psikologi, dan sosial yang ditandai dengan depresi sebelum melakukan aksi bunuh diri tersebut.

Di kalangan masyarakat timbul mitos 'Pulung Gantung' yang melingkupi kehidupan sebagian besar warga di Gunungkidul termasuk di Desa Sawahan ini. Mitos ini berkembang dan sekarang masih ada yang mempercayai hal tersebut. Pulung Gantung adalah tanda-tanda berupa cahaya di langit seperti api dan mengarah ke rumah warga yang dipercaya apabiila terkena pulung tersebut akan da peristiwa mengerikan dengan cara tragis yaitu gantung diri. 

Dengan bergesernya nilai kehidupan saat ini yang cenderung individu yang mulai mengesampingkan nilai sosial justru memicu stres dan depresi sehingga kasus ini timbul di era modern ini. 80% terjadinya bunuh diri disebabkan karena depresi dan stres. Hal ini tentunya menggerakan semua pihak untuk turut membantu menekan kasus ini. Pemerintah berusaha mengadakan kegiatan positif untuk upaya ketahanan sosial seperti sosialisasi kepada warga, pembinaan melalui lembaga-lembaga pemberdayaan, babinkamtibnas, dan kegiatan positif lainnya.

Hal tersebut tentunya tidak mudah, tetapi dengan kebersamaan itu setidaknya bisa ditekan. hal itu tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh masyarakat, karena justru masyarakat adalah ujung tombak dari penekanan kasus ini. Lingkungan yang baik, sosial yang baik, gotong royong, guyub rukun, kebersamaan tentunya akan berpengaruh menekan kasus-kasus semacam ini. Mudah-mudahan di Desa Sawahan ini menjadi kasus yang terakhir dan masyarakat bisa hidup rukun, tenang, tenteram, dan sejahtera. (rizkya)

Inforrmasi diperoleh dari berbagai sumber: sindonews.com, tribunnews.com, liputan6.com, kompasiana.com, Foto: tempo.co, etc.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Talkshow Smart FM