Petani Desa Sawahan Mulai Panen Jagung

Riskianto, A.Md. 18 Januari 2018 22:53:27 WIB

Sawahan (SIDA) – Sebagian besar petani Desa Sawahan pada awal Januari 2018 sudah mulai melaksanakan panen jagung untuk yang pertama. Proses tanam jagung hingga panen kurang lebih memakan waktu 90 hari setelah musim hujan tiba kemarin.

Sebagian besar jagung yang dipanen merupakan jagung hibrida sehingga hasil panen pun cukup baik. Untuk komoditi jagung sebagian besar warga masyarakat untuk dijual, berbeda dengan komoditi beras yang dimanfaatkan untuk cadangan pangan.

Para petani Desa Sawahan beraharap agar harga jagung dapat naik sehingga hasil panen kali ini juga dapat memulihkan modal penanaman yang biayanya cukup mahal.

Semoga panen ini membawa berkah bagi seluruh petani di Desa Sawahan sehingga ekonomi warga masyarakat Desa Sawahan yang mayoritas petani dapat meningkat. (rizkya)

Komentar atas Petani Desa Sawahan Mulai Panen Jagung

lintang pandjerino 20 Januari 2018 19:02:07 WIB
Kisah Sugianto Ngurawan, Petani Jagung yang Meraup 100 Juta Sekali Panen Namanya Sugianto Ngurawan. Usianya 40 tahun. Sebagai pendatang di Tutuyan, Kab. Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, ia tekun dan bekerja keras membuktikan dirinya sebagai petani sukses. Tak tanggung-tanggung, kini ia dapat meraup 100 juta Rupiah dalam satu kali panen. Kisah Sugianto bermula tujuh tahun lalu. Saat itu ia baru merintis usaha sebagai pekerja jagung di perkebunan milik warga Tutuyan. Dengan modal bibit 2 kilogram dan lahan milik perusahaan, dirinya mulai menanam jagung sendiri. “Modal itu kemudian saya putar hingga saat ini. Orang sini menertawakan saya. Mereka bilang, menanam jagung biar banting kepala tak akan berhasil. Sekarang mereka malu sendiri,” kata Sugianto pada pertengahan Januari lalu. Meski awalnya dicibir warga sekitar, itu tak membuat Sugianto patah semangat. Ia mengaku tekadnya sudah bulat untuk berhasil di tanah orang. Dalam setahun, ia dapat menanam jagung dua kali dengan hasil yang bervariasi antara 25 sampai 45 ton jagung. “Bertani jagung mudah, sudah pasti ada. Hanya menunggu empat bulan. Masa panen sudah diketahui. Modal saya untuk menanam, pupuk, membasmi hama, rumput serta panen hanya sekitar 8 juta Rupiah karena 60 persennya dikerjakan sendiri,” ujarnya. Penyemprotan hama dan rumput Sugianto lakukan dua kali saat jagung berusia dua minggu dan 35 hari. Dengan perawatan yang teratur, ia dapat menjual hasil panen jagungnya di Kotabunan untuk diolah jadi pakan ternak. Pada awal tahun 2015 lalu, harga yang diperoleh Sugianto sekitar Rp 4.200 per kilogram. “Jadi, untungnya masih besar,” jelasnya. Ia pun memperkirakan hasil panennya kini sekitar 25 sampai 30 ton. Itu semua didapat dari lahan seluas 3 hektar. Jika harga penjualan 4.000 Rupiah dijadikan patokan, maka Sugianto memperoleh 100 juta Rupiah dalam sekali panen. Sugianto sendiri berasal dari keluarga yang sederhana. Ia mengaku dulu hanya tinggal di kebun dan pindah ke kampung. Tempat tinggalnya pun hanya berupa gubuk kecil. Namun, berkat kerja kerasnya kini ia bisa dikatakan berhasil sebagai petani teladan. Rumahnya kini sudah berbeton. Puluhan ekor sapi menjadi usaha baru yang Sugianto lakoni. Mobil dan sepeda motor pun ia manfaatkan untuk membantu keluarga. “Uangnya bisa digunakan untuk jual beli sapi, dan sudah bisa beli tanah tujuh hektar,” ungkapnya. Secara mandiri, ia menyatakan bertani sangat menjanjikan hasilnya jika dibanding hanya menjadi pegawai. Namun, itu semua perlu dilakukan dengan tiga syarat utama: serius, tekun, dan selalu bekerja keras.

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Talkshow Smart FM